Kamis, 07 Agustus 2008

PERKEMBANGAN SHORINJI KEMPO DI INDONESIA

PERKEMBANGAN  SHORINJI KEMPO DI INDONESIA
            Konsekuensi yang harus dilaksanakan oleh pemerintah Jepang setelah kekalahan pada perang Dunia II kepada bangsa Indonesia adalah membayar Pampasan Perang. Salah satu dari cara atau bentuk pembayaran Pampasan Perang itu, adalah sejak akhir 1959 pemerintah Jepang menerima mahasiswa Indonesia dan juga pemudanya belajar dan training di negeri tersebut.
            Maka sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahu 1965 ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan untuk belajar di Jepang. Dari jumlah tersebut tidak sedikit pula diantara mereka yang memanfaatkan waktu-waktu senggang dan libur mereka untuk belejar dan memeperdalam seni bela diri yang ada di Jepang. Dari mereka ini pula akhirnya sekembalinya ke tanah air tidak hanya menggondol ijazah menurut bidang study mereka, juga memperoleh tambahan berupa penguasaan atas seni bela diri yang ada di Jepang, seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.
            Pada tahun 1962 dalam suatu acara kesenian yang di pertunjukan mahasiswa Indonesia menyambut tamu-tamu penting dari tanah airnya, seorang pemuda Indonesia bernama UTIN SYAHRAZ mendemonstrasika kebolehannya bermain Kempo. Utin Syahraz tiba di Tokyo sekitar tahu 1960 sebagai Traineer Pampasan. Sebelumnya ia adalah pegawai pada Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta. Apa yang didemonstrasikan itu akhirnya menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya. Mereka antara lain Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa lainnya yang dating kemudian ke Jepang. Dalam waktu-waktu luang dan libur mereka memanfaatka waktunya untuk datang langsung ke Pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri tersebut dari Sihanngnya.
            Pemuda-pemuda tersebut sadar, tidak ada lagi kebanggaan mereka selain memberi apa yang terbaik mereka terima di Jepang kepada pemuda-pemuda bangsanya sendiri sekembalinya ke tanah air. Hal tersebut tidak lain untuk kejayaan bangsa dan Negara mereka, agar tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain, tidak saja dalam ilmu pengetahuan tapi juga dalam olah raga.
            Untuk meneruskan seni bela diri Shorinji Kempo, seperti apa yang mereka peroleh di Jepang kepada rekan-rekan senegaranya, ketiga pemuda, yakni UTIN SYAHRAZ (kini almarhum), INDRA KARTASASMITA dan GINANJAR KARTASASMITA bertekad melahirka dan membentuk suatu wadah yang bernama PERKEMI (Persaudaraan bela diri kempo Indonesia). Wadah ini secara resmi dibentuk pada tanggal 2 Pebruari 1966.
                                                                          
            Dari hanya beberapa murid dan berlatih di teras rumah waktu itu, kini PERKEMI telah melahirkan ribuan Kenshi-kenshi yang tersebar di seluruh Tanah Air. Selain merupakan salah satu anggota Top Organisasi yang bernaung dalam wadah KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), PERKEMI juga menjadi anggota penuh dari Federasi Kempo se-Dunia atau WSKO (World Shorinji Kempo Organization) yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang. Sedangkan dua dari tiga perintis/pendiri PERKEMI, yakni Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita (pernah menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi RI)  dan Indra Kartasasmita (kini V-DAN; Direktur Perkapalan dan Pertamina) tetap aktif, baik dalam kepengurusan PERKEMI maupun pembinaan para kenshi muda lainnya.
           

Tidak ada komentar: